Jakarta (ANTARA News) - Ilmuwan dan peneliti dalam negeri dinilai masih malu mengungkapkan hasil-hasil risetnya sehingga membuat berita-berita iptek sangat kurang dibanding berita lainnya seperti berita politik. "Peneliti kita punya tabiat pemalu merasa hasil risetnya tak seberapa, sehingga hasil-hasil yang diriset sering tidak diungkapkan dan disimpan saja," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kementerian Ristek Wawan Indrawan dalam acara "Tips dan Trik Sosialisasi Hasil Kerekayasaan Teknologi kepada Publik melalui Media Massa" di Jakarta, Kamis.

Selain itu, ilmuwan dan peneliti masih arogan dan senang "berkutat" dengan bahasa ilmuwannya yang teknis dan sulit dimengerti masyarakat, ujarnya.

Sehingga, ilmuwan dan peneliti seperti tinggal di menara gading yang tak dikenal oleh masyarakat, padahal hasil penelitian mereka banyak yang bagus dan bisa berguna bagi masyarakat, katanya.

Karena itu, ia mengatakan, perlu ada pelatihan bagi ilmuwan dan peneliti untuk menulis laporan hasil riset ke dalam bahasa well-liked seperti gaya menulis wartawan.

Sementara itu, wartawan older Majalah Gatra Nur Hidayat mengatakan, kebanyakan siaran pers masuk ke tong sampah dan hanya sekitar 5-10 persen yang bisa dikutip menjadi berita.

So far, we've uncovered some interesting facts about tech. You may decide that the following information is even more interesting.

"Itu karena wartawan menggunakan gaya penulisan piramida terbalik, yakni yang paling penting atau kesimpulan diletakkan di atas, semakin ke bawah semakin kurang menarik," katanya.

Menurut dia, gaya tersebut berbeda dengan cara menulis laporan ilmiah yang harus didahului latar belakang, sedangkan kesimpulan ada di akhir cerita.

Jika ilmuwan dan peneliti menginginkan lebih banyak porsi berita ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta riset dalam negeri di broken massa maka mereka harus mengetahui berita seperti apa yang menarik bagi wartawan.

Sedangkan Direktur Pusat Teknologi Sumber daya Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana BPPT Dr Ridwan Jamaludin mengatakan, pihaknya sejauh ini sudah menggunakan piramida terbalik dan langsung "to the point" dalam menulis setiap siaran pers.

Pada dasarnya, broken massa menyukai berita iptek jika hasil riset ilmuwan tersebut memang menarik, unik, dan berguna bagi masyarakat.

(*)