Sukabumi (News) - Dua peneliti dari lembaga yang berbeda di Jepang studi banding ke Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) "Mekar Tani" yang mengembangkan metode System of Rice Intensification (SRI) Organik dalam pertaniannya di Kampung Kebon Pedes Desa Jambe Nenggang Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin. Kedua peneliti itu, yakni SVRK Prabhakar, policy recearcher climate policy project dari Institue for Global Environmental Strategies (IGES) dan Daisuke SANO, expert (agriculture sector) Japan International Cooperation Agency (JICA) Change Advisory and Monitoring Mission in Indonesia.

Kedatangan dua peneliti itu menyusul adanya hasil penelitian Prof Dr Iswandi Anas, Guru Besar Biologi Tanah, Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang peningkatan produksi padi nasional dan pengurangan emisi gas metan dari sawah melalui penerapan teknologi SRI organik.

SVRK Prabhakar, kepada wartawan, mengatakan, pihaknya datang ke Indonesia, salah satunya Kabupaten Sukabumi untuk melihat langsung petani yang menggunakan metode SRI organik di persawahannya karena hasil penelitian, penerapan metode SRI tersebut dapat mengurangi emisi gas metan (CH4) yang salah satu sebagai pemicu terjadinya pemanasan global (global warming).

"Saya juga ingin mengetahui keuntungan bagi para petani yang menerapkan metode SRI organik," katanya yang merupakan warga asli India.

Hasil dari kajian di Kabupaten Sukabumi, kata dia, akan dikembangkan di sejumlah negara seperti di Filipina, Manila dan India.

Pengetahuan dapat memberikan keuntungan yang nyata. Untuk memastikan bahwa Anda sepenuhnya informasi tentang tech, terus membaca.

Guru Besar Biologi Tanah IPB, Prof. Dr. Iswandi Anas menjelaskan penerapan metode SRI dapat meningkatkan produksi padi secara nasional dan menguntungkan para petaninya.

"Penggunaan metode SRI dapat mengurangi emisi gas metan sebagai salah satu penyumbang pemanasan global. Penerapan metode SRI ini tidak hanya organik saja, tetapi bisa juga an organik dan gabungan organik dan an organik," katanya.

Ia menyebutkan, berdasarkan hasil penelitian ketiganya, baik organik, an organik maupun gabungannya dapat mengurangi sekitar 50 persen emisi gas metan.

Ketua Gapoktan `Mekar Tani`, Ujang Zaenal Mutaqin, mengatakan, penerapan metode SRI organik sangat menguntungkan bagi petani, antara lain, peningkatan produksi hasil pertanian padi, pengurangan pupuk dan pengurangan penggunaan pestisida.

"Dalam satu hektare dapat menghasilkan 6 hingga 10 ton gabah kering pungut (GKP), sedangkan dengan metode pertanian konvensional, hanya menghasilkan 4 hingga 6 ton per hektare," katanya yang telah menerapkan metode SRI sejak tahun 2007 lalu.

Selain itu, penggunaan air dalam penerapan metode SRI ini sangat efisien karena sawah tidak langsung digenangi oleh air seperti di sawah-sawah yang masih konvensional, tetapi menggunakan air hanya di saluran air yang dibuatkan di pinggir-pinggir petakan sawah dengan aliran yang kecil.

"Ini sangat cocok bila musim kemarau, karena penggunaan air hanya sekitar 60 persen dibanding metode konvensional," ujarnya seraya menambahkan penggunaan SRI organik ramah terhadap lingkungan. (K-SM/A038)